Rabu, 09 September 2009

Usaha Penetasan dan Pembesaran Meri


Usaha peternakan meri terbagi atas usaha penetasan telur bebek yang menghasilkan meri, dan kedua adalah usaha pembesaran atau peternakan meri. Menurut Drs. Arsidi, Ketua Kelompok Tani Ternak Itik “Rambon Sejati” di Cirebon, Jawa Barat, kedua usaha ini sama-sama menguntungkan. Perbedaan usaha ini, ternak meri membutuhkan lokasi yang cukup luas, sedangkan usaha penetasan dapat dilakukan dilahan yang terbatas. Selain itu usaha ini juga bisa dilakukan keluarga dirumah, jadi benar-benar usaha home industry.

Yang dimaksud dengan meri adalah anak bebek dari menetas sampai usia 1 bulan, atau belum menjadi bebek. Pembesaran meri jantan menghasilkan bebek pedaging dan meri betina yang dibesarkan menghasilkan telur bebek.
Seperti diakui oleh Drs. Arsidi, banyak sekali permintaan akan bebek, yakni dari daging dan telurnya. Tingginya permintaan akan bebek pedagingyang begitu besar juga terlihat dari beberapa rumah makan, restoran dan warung tenda yang menawarkan bebek sebagai menu unggulan sehingga membuat harga bebek melambung tinggi.
Karena melonjaknya harga bebek terutama untuk bebek tua yang dijual setelah masa pembesaran 6 bulan, kini beberapa dari rumah makan atau restoran ada yang beralih menggunakan bebek muda. Sebut saja Sugeng, pemilik warung tenda Joko Putra dikawasan Pasar Blok A Jakarta Selatan dimana selain bebek tua ia juga memakai bebek muda yang usianya 3-4 bulan. Pertimbangannya adalah harganya yang lebih murah dan proses memasaknya juga lebih cepat, dan juga permintaan dari konsumen juga cukup tinggi.
Bebek jantan dewasa atau pedaging harganya sekitar Rp. 25 ribu–30 ribu per-ekor dan bebek betina siap telur, atau yang biasa disebut bebek bayah harga jualnya Rp. 45 ribu-50 ribu. Harga ini berbeda jauh jika dibandingkan dengan bebek muda atau meri yang dibesarkan dari usia 45 hari hingga 3 bulan. Sedangkan menurut Nur Ihsan, peternak dan pengepul bebek muda/meri dari Mojokerto, harga dari peternak untuk usia 45 hari dengan berat 1 kg/ekor Rp. 16.500, 60 hari berat 1,2 kg/ekor Rp. 22 ribu, dan berat 1,5 kg/ekor Rp. 27 ribu pada usia 3 bulan.
Prospek
Prospek ternak pembesaran meri menjadi bebek muda ini akan terus meroket. Seperti yang diungkapkan Dody Faizal, Ketua Kemitraan Ternak Bebek Desa Sadar Mojoanyar, pertenak di Mojokerto Jawa Timur baru saja memenuhi permintaan sebesar 90% untuk pasar Surabaya, Mojokerto, Jakarta dan Bali.
Dengan semakin besarnya pemintaan bebek muda, maka permintaan meri yang akan dibesarkan menjadi bebek muda atau disebut juga DOD (Day Old Duck) juga semakin tinggi. Namun menurut Drs. Arsidi penetas meri atau penghasil DODO masih terbilang sedikit. Di Jawa Barat misalnya sentra penghasil DOD adalah di Desa Kroya dan Karanganyar Cirebon. Dari Desa Kroya baru bisa memenuhi kurang dari 50% permintaan. Desa Kroya baru bisa memasok rutin DOD untuk daerah Sumatera Selatan, Muara Enim Palembang, Jambi, Lampung, dan Jakarta Utarasebanyak 20 ribu ekor/minggu. Ada juga pelaku usaha yang memasok ke daerah Medan dan Padang.
Sedangkan untuk sentra pembesaran meri menjadi bebek muda ada didaerah Karawang, Cirebon, Brebes, dan Mojokerto. Di Mojokerto yang terkenal adalah bebek Mojosari, karena salah satu sentra ternak bebek di Mojokerto terdapat di Kecamatan Mojosari. Di Kab. Mojokerto ini juga terdapat beberapa kelompok tani ternak bebek. Salah satu yang terkenal adalah kelompok tani ternak bebek Lestari Jaya yang terletak di Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari. Jumlah anggota kelompok tani ternak bebek tersebut berjumlah 42 orang semuanya wanita. Produk yang dihasilkan oleh kelompok tani ternak bebek tersebut adalah telur bebek, DOD, dan telur asin.
Suhu
Untuk usaha penetasan meri sebenarnya bisa dilakukan dimana saja/segala daerah di Indonesia namun tetap memperhatikan suhu alat penetas dengan baik, yakni suhu sekitar 38 derajat celcius dan kelembaban sekitar 60%. Beberapa daerah yang berpotensi untuk usaha penetasan telur bebek yaitu daerah Indramayu, Tegal, Subang, Lampung, Bengkulu, Palembang, pelosok Banjarmasin, dan Timika. Begitu juga untuk usaha peternakan meri yang sangat penting diperhatikan adalah suhu. Meri lebih menyukai tempat hidup yang hangat, seprti daerah sepanjang Pantura,. Untuk beternak meri sebaiknya berada pada suhu 33-35 derajat celcius. Daerah ternak meri di Indonesia yaitu wilayah Cirebon, Mojosari, Karawang, Bali, dan Kalimantan Selatan.
Menurut Drs. Arsidi, supaya suatu daerah benar-benar sukses dalam usaha bebeknya, perlu adanya konsep “segitiga bebek”, yaitu pertamaterdapat kelompok ternak, kedua terdapat koperasi untuk pemasarannya, dan ketiga adanya kegiatan belajar masyarakat (PKBM). Jadi jika ada masyarakat yang ingin mempelajari seluk beluk usaha bebek mulai dari penetasan telur hingga cara ternaknya, Kelompok Tani Ternak Itik “Rambon Sejati” siap memberikan ilmu berupa materi dan praktek usaha.
Usaha pembesaran meri sangat menguntungkan karena memeliharanya sangat mudah ketimbang ayam. Pertama dari segi pakan meri bisa menggunakan apa saja yang paling penting mengandung karbohidrat seperti roti kadaluarsa, mie kadaluarsa, keong, dan kepala udang. Kedua, dari segi pemeliharaan bebek tidak mudah terkena penyakit. Yang terakhir dari faktor kandang, perternak dapat menggunaka terpal untuk atap kandang dan pagar untuk badan kandang. Sedangkan untuk DOD (meri) usia 1 hingga 15 hari cukup diberi penghangat dengan lampu neon dan kandang diberi alas jerami atau bisa juga menggunakan kandang panggung, yaiut kandang yang pagarnya dari bambu dan lantainya dari kawat ram yang jaraknya dari tanah sekitar 100 cm.
Pemasaran
Alur pemasaran usaha penetasa didaerah Cirebon, yakni telur dapat dibeli dari beberapa penduduk setempat, kemudian ditetaskan. Meri tersebut lalu dijual kebandar atau langsung ke konsumen/perorangan. Harga telur yang tidak dipilih berdasarkan kondisinya Rp. 1.000/butir, sedangkan yang sudah dipilih dan benar0benar bagus Rp. 1.300/butir. Untuk harga meri jantan yang baru menetas usia 0 hari Rp. 2.500/ekor, sedangkan yang betina Rp. 5.000/ekor (lebih mahal karena bisa menjadi bebek petelur). Harga dibandar hanya berbeda Rp. 200-300/ekor. Biaya produksi terbilang cukup sedikit, karena tidak perlu pakan dan tempat yang luas.
Sedangkan untuk alur distribusi pembesaran meri menjadi bebek muda di daerah Mojokerto yaitu ada dua alur. Pertama perternak besar yang juga seorang pengepul menjual langsung ke restoran atau rumah makan dengan harga dari peternak untuk usia 45 hari dengan berat 1 kg/ekor Rp. 16.500, 60 hari berat 1,2 kg/ekor Rp. 22 ribu, dan dengan berat 1,4 kg/ekor hingga 1,5 kg/ekor Rp. 27 ribu pada usia 3 bulan. Atau langkah kedua bebek dijual ke pengepul 1, pengepul 2, supplier besar. Setelah itu baru dipasarkan ke restoran atau warung tenda. Untuk sistem pemasaran ini harga bebek muda di peternak relatif lebih murah sehingga harga jual ke konsumen lebih tinggi. Biasanya harga bebek muda/meri dari peternak selisihnya Rp. 1.000 lebih murah dibanding harga jual dari pengepul atau supplier besar.
Kendala
Permasalahan yang dihadapi kelompok tani ternak meri untuk mengembangkan usaha ini umumnya dalah kurangnya modal usaha, terbatasnya sarana pengolahan, dan kurangnya pengetahuan serta keterampilan peternak dibidang pengolahan daging.
Hal lainnya yang kadang menjadi masalah dalam usaha penetasan telur bebek menjadi meri biasanya biasanya terkait dengan keteledoran peternak, seperti terlambat atau lupa membalik posisi telur, bahan bakar minyak habis, ataupun air untuk uapnya habis. Untuk mengatasinya tentu butub kesadaran pribadi atau dengan pembagian tugas secara disiplin.
Sedangkan pada usaha pembesaran meri, menurut Tukiran, peternak pembesaranmeri dan pengepul bebek muda di Desa Sadar Tengah Mojoanyar Mojokerto, untuk usaha pembesaran meri kendala lebih banyak pada penentuan harga yang sudah dipatok oleh pengepul. - 28 April 2009

Sumber :
9 September 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar